Biasanya dilakukan dalam kelompok Pendet atau berpasangan dengan putri, dan lebih dinamis dari tari Rejang. tari Rejang di halaman ditampilkan setelah Pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih). Para penari berdandan seperti Pendet penari upacara keagamaan yang sakral lainnya, dengan memakai pakaian upacara, masing-masing penari membawa persembahan seperti gigi korban sangku (wadah air suci), kendi, mangkuk, dan banyak lagi.
Profesor Arts Institute of Indonesia (ISI) Denpasar, Wayan Dibia, menegaskan bahwa tari Pendet sudah lama menjadi bagian integral dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu Bali. Tarian ini merupakan tarian yang dilakukan oleh sekelompok wanita muda, masing-masing membawa mangkuk perak (Bowl) yang berisi penuh bunga. Pada akhir tarian para penari menaburkan bunga ke arah penonton sebagai ucapan selamat datang. Tarian ini biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu atau memulai pertunjukan (1999: 47).
Pencipta atau bentuk tari modern koreografer ini adalah I Wayan Rindi Pendet (? -1967), Adalah seorang penari yang dikenal luas sebagai tarian penekun dengan kemampuan untuk menanamkan tari dan melestarikan seni tari Bali melalui studi pada generasi berikutnya penerus. Selama hidupnya ia aktif mengajar berbagai tarian dari Bali, termasuk untuk keturunan keluarganya Pendet dan lingkungan di luar keluarganya.
Menurut anak bungsunya, I Ketut Sutapa, I Wayan Pendet memodifikasi Rindi suci akan menyambut Pendet yang kini diklaim Malaysia sebagai bagian dari budaya. I Wayan Rindi keluarga sangat menyesal ini. Selama hidupnya I Wayan Rindi tak pernah berpikir untuk mendaftarkan temuannya agar mereka tidak dapat ditiru di negara lain.
Selain itu tidak ada lembaga hak cipta, tari Bali selama ini tidak pernah dipatenkan karena mengandung nilai-nilai spiritual yang luas dan tidak bisa dimonopoli sebagai ciptaan manusia atau bangsa tertentu. Dalam hal ini, I Ketut Sutapa, Profesor Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Bali berharap pemerintah mulai bertindak untuk menyelamatkan warisan nasional dari tangan jahil negara lain.
Menggunakan pendekatan ilmu sejarah harus lebih proporsional dibandingkan dengan pendekatan Sains IP (kekayaan intelektual), karena IP merupakan produk budaya Barat baru ada kemudian. HAKI tidak cukup layak mengamankan produk-produk budaya sebelum HAKI didirikan, apa lagi digunakan lebih kolektifitas berorientasi, tidak individualitas seperti memahami budaya Barat.
KEKAYAAN INTELEKTUAL tidak akan sepenuhnya mampu memenuhi rasa masyarakat dari keadilan yang beradab dan bermartabat. KEKAYAAN INTELEKTUAL diarahkan untuk kepentingan ekonomi, produk budaya sementara Indonesia lebih berorientasi pada kepentingan sosial.
Pada jaman dahulu tari Pendet adalah fungsi Mock untuk memuja para dewa yang tinggal di kuil selama upacara berlangsung Odalan (dkk Kusmayati, 2003: 78). Seiring dengan perubahan zaman, permintaan untuk hiburan semakin banyak dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat Bali, jadi sekarang Pendet fungsi tari beralih ke tarian menyambut atau hiburan. Sebagai tarian menyambut, Pendet diaktifkan untuk menyambut kedatangan tamu atau sering disebut dengan tarian jangka welcome. Kegembira ekspresi, sukacita, dan rasa syukur diwujudkan melalui gerak-gerak yang halus dan indah.